Indar telah teguh dengan pendiriannya. Selesai melaksanakan salat ashar di Jumat pekan ketiga awal tahun, ia merenung. Baginya ini bukan saat untuk mundur. Pantang pulang, sebelum apa yang ia cita-citakan tercapai. Empat tahun bukan waktu yang singkat. Keringat dan air mata menjadi saksi bisu perjuangannya untuk bisa tiba pada fase yang kini ia jalani.
Menjalani dua kehidupan yang berbeda, bukanlah sesuatu yang mudah. Pagi hari sibuk dengan dunia akademisi, malamnya berkutat dengan keramaian ibu kota yang seolah tak pernah istirahat. Semuanya untuk sebuah pencapaian, menunaikan bakti, dan melunaskan janji.
Tiba masanya ia memasrahkan segalanya kepada Sang Maha Kasih. Bersujud dan berdoa, memohon anugrah semoga usahanya tidak sia-sia. Ia pun yakin nasehat gurunya, “Jumat itu salah satu waktu mustajab untuk berdoa, khususnya setelah ashar”. Setelah menjalani ujian akhir 15 menit lalu, Indar memohon semoga ia bisa lulus dan pulang ke kampung membawa gelar sarjana, demi membanggakan orang tua, menatap masa depan yang lebih cerah, termasuk fokus mengembangkan usaha martabak yang telah ia rintis sejak semester tiga.