Namanya Rasyel. Layaknya gadis lain, cinta menjadi kisah yang penuh warna baginya. Ia memiliki sahabat bernama Farhan yang selalu menjadi tempat curhatnya. Menjalin pertemanan dengannya sejak SMA dan teman sepermainan tunangannya, Farhan selalu menjadi juru damai antara dua insan yang masih sama-sama belajar mengontrol ego.
Rasyel yang cukup populer di kampus, menjadi incaran banyak mahasiswa seangkatannya. Kulit putih dengan rambut hitam lurus, wajah oval dengan hidung mancung yang dihiasi mata sipit yang berbingkai kacamata, menjadikan Rasyel sering dilirik teman-teman prianya. Kepopuleran gadis berdarah jepang tersebut menjadi masalah tersendiri dalam hubungannya dengan Rizal.
Taman kota menjadi tempat pertemuan Rasyel dan Farhan sore itu. Sambil menikmati es dawet, Farhan dan Rasyel duduk berdampingan di salah satu bangku taman yang berhadapan langsung ke jalan raya. Memulai pembicaraan, Farhan menanyakan kabar Rizal. Mendengar pertanyaan itu, Rasyel langsung meluapkan keluh kesahnya tentang sikap posesif Rizal.
Tak ingin melihat hubungan kedua sahabatnya hancur, Farhan berusaha menasehati Rasyel. Sambil mengaduk minumannya dengan sedotan, Farhan menjelaskan bahwa sikap posesif Rizal adalah wujud cinta kepadanya.
Merasa Farhan berpihak kepada Rizal, Rasyel justru berbalik meluapkan emosi kepada Farhan. Sambil meletakkan tas di samping tempat duduknya, Rasyel berujar Farhan tak lagi mengerti tentang dirinya. Rasyel juga berdalih seandainya Farhan bukan sahabat kecilnya, Rizal pun pasti telah lama mempermasalahkan kedekatan antara ia dan Farhan.
Menyadari emosi Rasyel yang mulai tak terkendali, Farhan yang sore itu menggunakan kaos biru langit dengan celana jins hitam mencoba menenangkan suasana. Farhan kemudian berusaha membujuk Rasyel dan memintanya menceritakan pokok permasalahan. Bukannya tenang, Rasyel semakin memperlebar persoalan dengan mengusik hubungan Farhan dan Lina yang ia nilai selalu cemburu dengannya.
Tak ingin persoalan makin melebar kemana-mana, Farhan meminta Rasyel tak usah membahas tentangnya dan Lina. Dengan helaan nafas, Rasyel akhirnya tenang dan mau menceritakan akar persoalan yang memunculkan pertengkarannya dengan Rizal.
Setelah mendengarkan seluruh keluh kesah Rasyel, Farhan berseloroh meminta Rasyel tidak menjadi gadis populer di kampus. Candaan Farhan tersebut membuat Rasyel melemparkan sedotan es dawet miliknya ke arah Farhan.
Berusaha kembali menenangkan Rasyel, Farhan meminta Rasyel tak menanggapi kecemburuan Rizal dengan ikut emosi. Sambil mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya, Farhan meminta ketegasan Rasyel tentang rasa sayangnya kepada Rizal.
Mendengar pertanyaan Farhan, Rasyel pun menjawab dengan suara lirih bahwa ia masih sangat sayang kepada Rizal. Tanpa Rasyel sadari, kata-kata yang baru saja ia ucapkan direkam oleh Farhan dan dikirimkan kepada Rizal.
Ungkapan Rasyel yang masih sayang kepada Rizal, menjadi dalih Farhan untuk menyuruh Rasyel berdamai dengan Rizal. Farhan yang merubah posisi duduknya menghadap ke arah Rasyel melanjutkan bahwa mereka berdua sudah sama-sama dewasa, dan dengan nada bercanda meminta Rasyel memberikan contoh yang baik kepada adik mereka yang imut sambil menunjuk ke dirinya.
Tak lama kemudian, terdengar deringan ponsel Rasyel. Mendengar nada tersebut, Farhan menebak bahwa panggilan tersebut dari Rizal. Rasyel yang sebenarnya malas menerima telepon, merasa penasaran dengan tebakan Farhan. Meraih tas yang berada disamping tempat duduknya, Rasyel mengambil ponsel putih yang layarnya menampilkan nama yang ditebak Farhan.
Dengan isyarat anggukan, Rasyel membenarkan tebakan Farhan. Memastikan tebakannya tepat, Farhan memberikan isyarat agar Rasyel menyentuh tombol jawab. Atmosfer pertengkaran masih sangat terasa dalam pembicaraan Rasyel dan Rizal. Hanya terdengar jawaban singkat dari Rasyel setiap kali Rizal memberikan pertanyaan. Tak jarang pula terjadi kebisuan beberapa detik diantara keduanya.
Rizal yang sebelumnya telah mendengarkan rekaman suara Rasyel, berniat meminta maaf atas sikapnya. Namun nada bicara Rasyel yang terdengar ketus, akhirnya membuat Rizal berubah pikiran dan hanya menyampaikan informasi keberangkatannya mengikuti study tour.
Informasi tersebut memancing rasa penasaran Rasyel menanyakan perihal keberangkatan Rizal. Rizal yang telah terlanjur kesal dengan sikap acuh Rasyel sebelumnya, berbalik menanggapi setiap pertanyaan Rasyel dengan jawaban singkat. Pembicaraan keduanya pun berakhir dengan ucapan sampai jumpa dari Rizal yang nadanya terdengar tak ramah.
Sementara itu, tak lama setelah Rasyel terlibat pembicaraan dengan Rizal, ponsel Farhan juga berdering. Terlihat layar ponsel silfer miliknya menampilkan nama Lina. Dengan mengambil posisi sedikit menjauh dari Rasyel, Farhan menerima panggilan dari Lina. Pembicaraan yang awalnya terdengar baik, berubah menjadi tak terkendali ketika Lina menanyakan keberadaan Farhan.
“Kamu lagi sama Rasyel lagi Han?” tanya Lina dengan nada tegas ketika ia mendengar suara Rasyel.
“Iya Lin …” lirih Farhan tak ingin berbohong.
“Kamu jahat Han. Bodoh!” maki Lina sambil terisak lalu memutuskan telepon tanpa memberi kesempatan Farhan berargumen.
Farhan yang melihat Rasyel telah selesai menelepon dengan Rizal, berusaha menutup-nutupi apa yang baru saja ia alami. Dengan tetap berbicara sendiri sambil memegang ponsel, Farhan berusaha menunjukkan pembicaraan yang ia lakukan berakhir dengan baik. Farhan pun mendekati Rasyel yang ia perhatikan murung dan memintanya menceritakan hal yang terjadi.
Emosi Rasyel yang kembali tak stabil, membuatnya membentak Farhan dan memintanya untuk pergi. Farhan yang tak ingin beranjak tetap berusaha meminta Rasyel bercerita. Rasyel yang telah terlanjur emosi mengungkapkan semua penilaian Farhan tentang Rizal salah. Rasyel semakin yakin bahwa Rizal tak lagi sayang padanya. Rasyel juga menyatakan bahwa Rizal lupa dengan hari mereka berencana mengurus administrasi pernikahan mereka yang bertepatan dengan keberangkatan Rizal mengikuti study tour.
Tak ingin semakin melihat sahabatnya sedih, Farhan mencoba menenangkan Rasyel. Namun Rasyel yang juga mulai kesal dengan Farhan yang ia nilai lebih membela Rizal, pergi meninggalkan Farhan. Tak tinggal diam, Farhan mencoba mengejar Rasyel yang berlari. Dengan memanggil nama Rasyel, pengejaran Farhan akhirnya terhenti saat Rasyel terlihat masuk ke dalam taksi yang segera berlalu. Berpikir untuk membiarkan Rasyel menenangkan diri, Farhan memutuskan ke tempat Lina untuk menjelaskan persoalan mereka.
–
Suasana panik dan cemas nampak pada wajah orang-orang di salah satu kantor maskapai. Tak terkecuali Rasyel yang siang itu di temani Lina. Rasyel yang tak henti menangis dan Lina yang nampak cemas menanti informasi kepastian korban pesawat yang jatuh di selat Makassar.
Menyaksikan berita jatuhnya pesawat di televisi, Rasyel segera mengecek pesawat yang ditumpangi Rizal. Memastikan pesawat yang jatuh sama dengan pesawat yang hendak mengantar Rizal ke kegiatan study tour, Rasyel segera menghubungi Farhan. Ponsel Farhan yang tertinggal di tempat Lina, membuat ponsel silfer itu dijawab oleh Lina.
Rasyel yang terlanjur panik, sambil menangis terisak langsung memanggil Farhan dan menjelaskan tentang kejadian jatuhnya pesawat Rizal. Lina yang belum sempat berkata apapun, hanya terdiam mendengarkan cerita Rasyel. Selesai menceritakan kegalauannya, Rasyel baru menyadari lawan bicaranya bukan Farhan melainkan Lina. Seolah lupa dengan kekesalannya terhadap sikap Lina, Rasyel tetap melanjutkan ceritanya kepada Lina.
Lina yang siang itu menggantikan Farhan, terus berusaha menenangkan Rasyel yang tak henti menangis dan menyesali sikapnya kepada Rizal. Keduanya pun memutuskan datang ke kantor maskapai untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Rasyel yang terus menangis dan Lina yang makin bingung menenangkan Rasyel, dikagetkan oleh sosok yang tak asing bagi mereka.
Berdiri tepat dihadapan mereka dengan tampilan berantakan, pria tersebut menegur Rasyel dan Lina dengan nada panik. Merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Rasyel dan Lina berulang kali memastikan kebenaran sosok yang berada dihadapan mereka. Sejenak Rasyel dan Lina merasa lega dan bersyukur setelah mengetahui Rizal tak turut menjadi korban dalam pesawat naas tersebut.
Seolah terkena sambaran petir di tengah terik matahari, kedua gadis berambut panjang tersebut merasa lemas dan tak sanggup berkata apapun mendengar kabar yang dilontarkan Rizal. Farhan yang tadinya dicari oleh Rasyel dan digantikan tugasnya oleh Lina, ternyata menjadi korban jatuhnya pesawat tersebut.
Rizal menceritakan, demi mendamaikan antara ia dan Rasyel, Farhan menggantikannya mengikuti kegiatan study tour. Tak hanya itu, Farhan juga membantu Rizal menyiapkan kejutan untuk Rasyel. Keberangkatan Farhan pun sengaja dirahasiakn mereka berdua agar Rasyel tak menyangka kejutan yang akan diberikan.
–
Sebulan setelah kepergian Farhan, Lina mengundang Rasyel dan Rizal untuk bertemu membicarakan sesuatu yang mengganjal hatinya. Bertemu di taman kota tempat terakhir kalinya Farhan dan Rasyel bertemu, menciptakan perasaan sedih yang mendalam di hati ketiga insan tersebut khususnya Rasyel.
Mengambil posisi duduk Farhan, Lina memulai ceritanya dengan membuka fakta bahwa ia dan Farhan tak memiliki hubungan spesial. Ia dan Farhan hanya sahabat biasa yang posisinya sama dengan Rasyel. Farhan merupakan teman curhat dan tempatnya berbagi masalah. Hubungan spesial yang nampak antara Lina dan Farhan hanya bertujuan melindungi Lina dari kejaran dan teror dari seseorang yang mengganggunya.
Fakta yang berhasil mengejutkan sepasang kekasih tersebut, menerbitkan kembali kenangan mereka bersama Farhan. Melanjutkan ceritanya, Lina mengungkap fakta yang lebih mencengankan. Sambil berlinang air mata, Lina mengungkapkan perasaan Farhan yang sebenarnya.
Farhan sangat mencintai Rasyel. Tak hanya sebagai sahabat, tapi sebagai cucu adam kepada titisan hawa. Farhan tak rela melihat Rasyel terluka. Ia pun selalu berusaha membahagiakan Rasyel dan menghadirkan senyuman di hari-hari Rasyel. Apapun akan ia lakukan dan korbankan demi melihat Rasyel tersenyum. Meskipun terkadang perasaannya hancur melihat hubungan Rasyel dan Rizal, Farhan tak pernah berusaha menghancurkan hubungan mereka. Itulah sekelumit kisah yang diungkapkan Lina.
Mendengarkan fakta tersebut, Rasyel tak mampu membendung air matanya. Perasaan bersalah karena telah menyakiti hati orang yang begitu tulus mencintainya membuncah hingga ke relung jiwanya. Tangis haru mengetahui akan sosok yang begitu tulus mencintainya, dan selalu ada untuknya sama sekali tak disadari olehnya selama ini.
Bagi Farhan, mencintai sosok Rasyel tak harus memiliki sosoknya secara utuh. Ia dapat hadir saat Rasyel membutuhkannya, menciptakan kebahagiaan tersendiri dalam hatinya. Meskipun ia tak menempati ruang utama dalam hati Rasyel, Farhan sangat bersyukur ketika melihat senyum Rasyel. Farhan ingin bersama Rasyel meskipun hanya seperti bayangan yang tak pernah bisa menyentuh sosok dihadapannya, namun selalu ada ketika sosok tersebut mengalihkan pandangan kepada sang bayangan.