Pada salah satu potongan tayangan acara ILC (Indonesia Lawyers Club) di Youtube, terlihat Sujiwo Tejo menegur beberapa narasumber yang sedang asik ngobrol dan bermain HP saat ia sedang bicara. “Inilah Pancasila yang nyata. Ada orang ngomong, dengarin,” tegas Sujiwo Tejo diiringi tepuk tangan dari peserta diskusi.
Fenomena ini pasti pernah ditemui, bahkan mungkin sering dilakukan. Ketika berada di sebuah pertemuan, narasumbernya asik menjelaskan, peserta juga sibuk bermain ponsel. Ada orang yang mengajak ngobrol, lawan bicaranya tidak memperhatikan, malah lebih fokus pada layar kecil dalam genggamannya.
Perilaku mengabaikan interaksi dengan orang lain hanya karena gawai ini kemudian dikenal dengan istilah “Phubbing”. Merupakan akronim dari “Phone snubbing”, istilah ini mulai diperkenalkan dan dikampanyekan sejak 2012.
Terlihat sepele, bahkan mulai ada yang menilai sebagai sebuah kewajaran, perilaku phubbing sebenarnya memiliki ancaman sangat besar. Mulai dari kehilangan fokus, membuat orang lain merasa tidak nyaman, rasa empati dan simpati dengan lingkungan sekitar yang perlahan lenyap, hingga bisa membuat seseorang mengalami sindrom smombie (Smartphone Zombie).
Butuh kesadaran dalam pemanfaatan dan penggunaan gawai dalam kehidupan sehari-hari. Berawal dari langkah sederhana seperti mengontrol penggunaan ponsel, dan meletakkannya saat mengobrol dan beriteraksi bersama keluarga maupun orang lain, menjadi salah satu alternatif cara untuk meminimalisir dampak buruk phubbing.
Sebagai pengguna yang bijak, kemajuan teknologi harusnya tak membuat orang yang dekat menjadi jauh, dan tak membuat diri dikuasai oleh piranti mungil tersebut. Stop phubbing, dan selalu belajar menghargai orang lain!