Memohon Perlindungan Ketika Petir

Artikel & Opini
Butuh waktu sekitar 2 menit untuk membaca tulisan ini

Petir, sebagian orang menganggap peristiwa ini menyeramkan. Suara gemuruh seolah langit akan runtuh, terkadang dapat memacu jantung lebih kencang. Belum lagi jika didahului oleh kilasan cahaya kilat yang seolah nampak di depan mata, semakin menciptakan rasa mencekam dalam hati. Dalam dunia kesehatan, perasaan takut berlebihan terhadap petir dan kilat diistilahkan “Astrephobia”.
Dalam al-Quran, terdapat beberapa dalil yang terkait dengan petir dan kilat. Misalnya firman Allah dalam QS. Al-Baqoroh: 19.
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
Terjemahnya:
Atau, seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit yang disertai berbagai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya (untuk menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini merupakan perumpamaan orang-orang munafik. Di satu sisi mereka membenarkan, namun di sisi lain mereka juga meragukan. Hujan lebat yang disertai kegelapan, merupakan pengibaratan dari keraguan mereka. Sementara kilatan cahaya petir, laksana cahaya keimana mereka yang sangat singkat. Keraguan tersebut kemudian memunculkan rasa ketakutan dalam hati mereka.
Terkait rasa takut terhadap petir karena mendengar gemuruhnya, disarankan untuk tetap berpikir positif. Melakukan langkah-langkah pencegahan seperti tidak berada di ruangan terbuka, tidak berlindung di bawah pohon, menjauhi tiang listrik dan sejenisnya, serta memasang penangkal petir menjadi ikhtiar agar terhindar dari dampak negatif kilat dan petir.
Selain itu, Rasulullah Saw. telah memberikan petunjuk dalam sebuah hadis mengenai hal yang seharusnya dilakukan seorang muslim jika terjadi kilat dan petir.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ الزُّبَيْرِ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدُ تَرَكَ اْلحَدِيْثَ، وَقَالَ: سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ، وَاْلمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ، ثُمَّ يَقُوْلُ: إِنَّ هَذَا لَوَعِيْدٌ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ شَدِيْدٌ؛ (رواه الإمام مالك في الموطأ، والبخاري في الأدب المفرد، والبيهقي في الكبرى، وصححه الألباني).
Terjemahnya:
Dari Abdullah bin Zubair, bahwasanya apabila dia mendengar suara petir, maka dia berhenti berbicara. Kemudian mengucapkan “Subhanalladzi Yusabbihur ra’du bi hamdihi wal malaaikatu min khifatihi”. Kemudian dia berkata, sesungguhnya ini (suara petir) adalah ancaman/peringatan bagi penduduk bumi yang sangat keras.(HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa’, Al Bukhari dalam Adab Al Mufrad, dan Baihaqi dalam Al Kubra. Dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani)
Berdasarkan hadis di atas, ketika mendengar gemuruh petir dianjurkan membaca:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمِدِهِ وَالْمَلاَئِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Terjemahnya:
Mahasuci (Allah) yang petir pun bertasbih dengan memuji kepada-Nya, juga para malaikat karena takut kepada-Nya.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan. Sahabat pembaca juga dapat menyempurnakan dan menambahkan informasi tentang tulisan ini pada kolom komentar.

Tinggalkan Balasan