Ketik … hapus. Ketik … hapus. Ketik … hapus. Aktifitas itu yang sedari tadi Lani lakukan. Tugasnya membuat karangan singkat tentang keluarga, tak pernah bisa sempurna satu paragraf. Pasalnya, setiap kali menuliskan kalimat, ia merasa rangkaian katanya kurang menarik. Akhirnya tombol backspace yang menjadi eksekutornya.
Lani sebenarnya sudah cukup paham, dalam menulis sebaiknya jari dijauhkan dari tombol hapus. Namun nampaknya nasehat itu ia abaikan, dan terus saja kelingking kananya jahil menekan tombol keramat tersebut. Hasilnya, sebuah layar monitor yang menampilkan jendela Microsoft Office dengan lembar kerja putih bersih tanpa satu pun huruf. Harapannya, tulisannya bisa menjadi yang terbaik, tapi justru hal itu membuat Lani menjadi terlalu perfeksionis. Ia ingin, tulisannya sempurna tanpa kekurangan, dan tanpa cela.
Setelah berjam-jam duduk menekuni laptop di depannya, Lani meraih mouse, mengarahkan pointer ke sudut kanan atas, mengklik tanda silang, dan dokumen tersebut akhirnya ditutup tetap dalam kondisi lembar kerja kosong. Nampaknya, Lani masih perlu memahami, proses menulis yang penting tulis dulu. Tentang perbaikan dan penyempurnaan justru lebih baik dilakukan ketika tulisan itu selesai.
Tulisan Perfek
Butuh waktu sekitar < 1 menit untuk membaca tulisan ini