Ngertiin Aku Dong!

Artikel & Opini
Butuh waktu sekitar 2 menit untuk membaca tulisan ini

Sekolah menjadi salah satu lingkungan yang memiliki peran besar dalam kehidupan setiap orang. Sekolah menjadi tempat belajar tentang berbagai hal baru, menambah wawasan pengetahuan, wadah mengasah keterampilan dan bakat, dan tempat untuk menjalin interaksi agar pandai mencari koneksi yang mungkin akan berpengaruh besar di masa depan.
Memiliki peran serta pengaruh besar terhadap kehidupan, sekolah selayaknya menjadi lingkungan yang menghadirkan kenyamanan, sebagaiamana kalimat bijak “Rumahku surgaku”. Sebab, sekolah pada hakikatnya merupakan rumah kedua bagi setiap warga sekolah.
Persahabatan antara sesama warga sekolah, saling membantu, layaknya hubungan antara sesama saudara. Menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, menolong yang sedang kesulitan, semuanya terjalin layaknya jalinan hubungan keluarga.
Menjadi sekolah sebagai rumah kedua yang nyaman bagi siswa, tentunya menjadi tanggung jawab bersama, khususnya guru sebagai ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan siswa. Menghadirkan suasana yang nyaman, melaksanakan pendidikan yang menyenangkan, menyajikan pembelajaran yang bermakna, menjadi salah satu bagian dari peran guru sebagai orang tua kedua bagi siswa selama di sekolah.
Miris sebanarnya, ketika membaca dan menyaksikan berita tentang kekerasan yang terjadi di sekolah, baik yang dilakukan oleh guru ke siswa, maupun antar sesama siswa. Sebab, lingkungan ini yang menjadi cerminan masa depan bangsa.
Sebagai seseorang yang pernah menjadi siswa, guru harusnya bisa mengerti dan memahami mengapa seorang guru dinilai galak, pelajarannya membosankan, bahkan mengharapkan gurunya tidak hadir melaksanakan tugas mengajar. Guru harusnya bisa mengambil contoh dari guru-guru yang disenangi semasa sekolah dulu, mulai dari cara interaksinya, hingga metode-metode mengajarnya. Cara ini yang kemudian menjadi salah satu referensi penulis untuk menciptakan suasana yang nyaman bersama siswa.
1. Memposisikan diri; Ketika di kelas, guru menjadi pengajar yang menfasilitasi siswa untuk memperoleh pengetahuan, serta menjadi pendidik yang membekali siswa berbagai keterampilan, perilaku, serta nilai-nilai spiritual. Namun dalam kondisi tertentu, guru juga bisa berperan sebagai sahabat, teman ngobrol, pendengar yang baik, bahkan menjadi konsultan yang harus siap dengan berbagai alternatif solusi dari sebuah permasalahan.
2. Menghargai; Sikap ini tentu penting dimiliki setiap insan, khususnya pendidik. Menghargai setiap usaha yang telah dilakukan siswa, dan tidak hanya sekadar menilai dari indikator penilaian yang sifatnya angka.
3. Memberikan kesempatan; Setiap anak memiliki potensinya masing-masing yang bisa dimaksimalkan. Ini tentunya sejalan dengan prinsip belajar 4C (Comunication, collaboration, critical thinking,& creatifity). Siswa bisa diajak untuk saling melengkapi, agar mereka tidak merasa terpinggirkan dan terabaikan. Guru harus mampu memahami potensi setiap anak, agar bisa memberikan peran yang sesuai dengan kemampuannya, sebagaimana yang mulai dilaksanakan dalam model kurikulum terbaru.
4. Belajar; Karena sejatinya guru tak pernah berhenti belajar. Memetakan strategi pembelajaran yang menyenangkan, memahami karakter siswa, mengerti kondisi siswa, dan menambah referensi agar bisa menjadi guru yang menyenangkan, menjadi sesuatu yang akan terus dilakukan selama masih menjadi seorang guru.
Kalau Ada Band mengungkapkan “Wanita ingin dimengerti”, siswa pun ingin mengungkapkan “Ngertiin aku dong!”.

Tinggalkan Balasan