Setelah terjadinya penikaman terhadap Umar bin Khattab oleh Abu Lu’lu’ah, Umar merasa perlu menetapkan khalifah penggantinya karena merasa ajalnya telah dekat. Berbeda dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menunjuk langsung penggantinya, Umar bin Khattab membentuk majelis syuro yang berisi sahabat-sahabat pilihan yang dinilai memiliki kemampuan memimpin, dan diminta saling bermusyawarah untuk mengangkat salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah.
Majelis syuro tersebut dikenal dengan nama “Ahlu halli wal aqdi” dan beranggotakan enam orang sahabat, yaitu: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Melalui metode ini, Umar bin Khattab hendak menggabungkan dua metode pengangkatan khalifah yang sebelumnya dilakukan Rasulullah Saw. yang tidak menunjuk secara langsung penggantinya, dengan cara Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menetapkan calon penggantinya.
Hasil awal musyawarah yang dilakukan majelis syuro, memunculkan tiga kandidat, yaitu: Abdurrahman bin Auf yang dipilih oleh Sa’ad bin Abi Waqqash, Ali bin Abi Thalib yang dipilih oleh Zubair bin Awwam, dan Utsman bin Affan yang dipilih oleh Thalhah bin Ubaidillah. Namun, Abdurrahman bin Auf melepaskan haknya dan memutuskan menjadi penengah, sehingga hanya menyisakan Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai calon pengganti Umar bin Khattab.
Abdurrahman bin Auf kemudian meminta waktu untuk memohon petunjuk. Selama tiga hari, Abdurrahman bin Auf berusaha untuk tidak tidur, dan hanya melakukan salat istikhoroh, serta meminta pendapat kepada beberapa orang tentang kedua calon tersebut. Akhirnya setelah melalui proses musyawarah, Utsman bin Affan terpilih sebagai khalifah di usia 70 tahun dan dibaiat oleh kaum muslimin di awal Muharram 24 H.
Ketika terpilih sebagai khalifah, Utsman bin Affan menyampaikan khutbahnya dihadapan kaum muslimin:
“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput.
Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang sembarangan waktu dan keadaan baik siang maupun tidak pernah malam.
ingatlah sesungguhnya dunia penuh dengan tipu daya . Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah. Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian”.
Sumber:
- Katsir, Ibnu. Tartib wa Tahdzib Al-Kitab bidayah wan Nihayah. Usman, Muhammad Ahsam. 2021. Utsman bin Affan; Biografi dan Pengangkatan Beliau Sebagai Khalifa. Yogyakarta: Hikam Pustaka.
- Misrawi, Zuhairi. 2010. Seri Sahabat Nabi: Utsman bin Affan. Bandung: Pustaka Oasis.
- Tsuroyya, Elfa. 2022. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Direktorat KSKK Madrasah.
- Ula, Miftachul dkk. Sejarah Kebudayaan Islam – Studi & Pengajaran Islam. Jakarta: Kementerian Agama.