Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang menjadi sumber ajaran utama dalam agama ini. Salah satu surah dalam Al-Qur’an adalah Surah Ali Imran, yang berisi ayat-ayat yang mengajarkan kita tentang pentingnya berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan. Dua ayat yang akan kita bahas dalam artikel ini adalah QS. Ali Imran 133 dan 134.
۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
133. Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
Ayat ini mengajak kita untuk berlomba-lomba mencari ampunan Allah dan meraih surga-Nya. Surga yang disebutkan dalam ayat ini adalah surga yang luasnya melebihi langit dan bumi, sebuah gambaran yang menunjukkan betapa luas dan indahnya surga tersebut.
Dalam konteks ini, ampunan dari Tuhan berarti penghapusan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Ini adalah suatu hal yang sangat berharga dan patut untuk kita kejar. Dengan mendapatkan ampunan dari Tuhan, kita akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup.
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyatakan bahwa ayat ini mengandung pesan untuk meningkatkan upaya dalam menjalankan ketakwaan. Jika ayat-ayat yang lain sekedar menerangkan agar menjalankan yang wajib dan meninggalkan yang haram, maka ayat ini lebih menekankan pada peningkatan dengan cara berkompetisi. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh frase “bersegeralah kamu” sebagai ketergesaan seseorang untuk meraih ampunan dan berlomba mencapai surga.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
134. (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.
Ayat ini menjelaskan ciri orang-orang yang bertakwa sebagai ahli surga. Dari ayat tersebut maka akan ditemukan tiga ciri orang-orang bertakwa yang termuat di dalamnya antara lain:
Senantiasa berinfaq
Berinfak dalam segala kondisi: Para calon ahli surga menunjukkan bahwa mereka tidak dilalaikan oleh keadaan apa pun dalam bertakwa kepada-Nya. Mereka yang masih bisa menyisihkan hartanya walaupun dalam keadaan susah, itulah ciri ahli surga. Berinfak di sini tidak hanya berarti memberikan harta, tetapi juga bisa berarti memberikan waktu, tenaga, atau apapun yang bisa bermanfaat bagi orang lain.
Ibnu Kathir dalam tafsirnya menerangkan bahwa berinfaq dalam kondisi lapang maupun sempit bisa diartikan demikian. Namun lebih luas diterangkan bahwa kondisi yang dimaksud juga bisa dalam keadaan giat ataupun malas, sehat ataupun sakit dan dengan segala kondisi apapun. Al-Maraghi juga disebutkan bahwa berinfak dihadapkan pada dua kondisi, yakni keadaan mudah dan susah. Sebagian orang teramat berat untuk menginfakkan harta yang ia cintai. Bila mereka berhasil melakukannya maka itu menunjukan ketakwaan.
Mampu menahan amarah
Menahan amarah: Orang-orang yang mampu menahan amarah menunjukkan tingkat penguasaan dan pengendalian diri yang jarang dilakukan tiap orang. Mereka yang suka memberi maaf atas kesalahan orang lain dan tidak menuntut balasan merupakan para ahli surga yang sudah dijanjikan Allah melalui firman-Nya. Menahan amarah di sini berarti mampu mengendalikan emosi dan tidak membiarkan emosi negatif menguasai diri.
Senantiasa memaafkan sesama
Memaafkan sesama: Orang yang mau memaafkan berarti ia telah menghapus bekas luka di hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain. Ayat ini ditutup dengan “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” yang mengindikasikan bahwa ketakwaan seseorang berada pada tingkatan tertinggi apabila ia mau berbuat baik pada orang yang telah berbuat kesalahan padanya. Sehingga ia tidak hanya menahan amarah dan memaafkan. Namun, juga membalasnya dengan perbuatan baik.
Ibnu Kathir mengingatkan bahwa ayat ini ditutup dengan “Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” yang mengindikasikan bahwa ketakwaan seseorang berada pada tingkatan tertinggi apabila ia mau berbuat baik pada orang yang telah berbuat kesalahan padanya. Sehingga ia tidak hanya menahan amarah dan memaafkan. Namun, juga membalasnya dengan perbuatan baik.
QS. Ali Imran 133 dan 134 adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajarkan kita tentang pentingnya berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaqwaan. Melalui pemahaman dan penghayatan ayat ini, diharapkan para peserta didik dapat menanamkan nilai-nilai ini dalam hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, mereka dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat.